Kamis, 01 September 2016

Perjalanan Hidup Kami sebagai Teman Se-Gank

Kemarin pagi saya pergi ke pemakaman Penggilingan di Jl. Layur, Rawamangun, Jakarta Timur. Yang meninggal adalah anak tunggal salah satu teman se-gank saya di zaman SMU. Gedung SMU kami dulu letaknya persis di sebelah area pemakaman tersebut, tetapi setelah berpuluh-puluh tahun melewati areal tersebut, baru kali ini kami memasuki area tersebut, secara bersamaan pula :-D

Kami masuk SMUN 36 pada tahun ajaran 1992 di kelas 1-5. Satu angkatan sendiri terdiri dari 14 kelas, dengan 1 kelasnya terdiri dari sekitar 40 siswa. Banyak ya...? heee

Singkatnya kami menjadi akrab satu sama lain setelah beberapa hari bersama. Kebetulan juga ada teman-teman saya yang memang rumahnya berdekatan sehingga menambah keakraban kami waktu itu, kami kami sering berangkat dan pulang bersama-sama. Diantara semua teman saya, sepertinya saya yang termasuk golongan 'rakyat jelata', sehingga walhasil saya berhasil mengajak mereka sering-sering naik kendaraan umum yang waktu itu hanya ada pilihan metromini atau mikrolet. Biasanya golongan ningrat kalau ngga diantar ortu yaa minimal naik bajaj ke sekolah. Belum ada aplikasi Go-Jek atau Uber pada waktu itu :-P. Kadangkala salah satu teman saya terpaksa mengajak saya patungan naik bajaj dengan prosentase 9:1 untuk biayanya, karena hitungan yang 1 itu adalah biaya jika saya naik metromini hihihihihi...

Kami lulus dari SMU tahun 1995, artinya di tahun 2016 ini kejadian tersebut sudah terjadi 21 tahun yang lalu... Masya Allah, demi waktu...

Akhirnya kemarin saya bisa janjian dengan teman saya yang kebetulan bersuku Batak dan beragama Kristen. Dari saat pemakaman dimulai sampai acara selesai kami banyak mengobrol. Tentang masa lalu 21 tahun yang lalu dan masa kini. Dia mengatakan bahwa untuk masalah kematian dia salut kepada muslim, karena terlihat begitu tabah dan tidak ada kejadian 'histeria' seperti di budaya Batak. Selain itu kami membicarakan juga tentang masalah keluarga dan anak.

Ternyata setelah dirunut, kami berdua adalah termasuk dua orang yang beruntung dan harus bersyukur dibandingkan teman kami lainnya. Bukan bermaksud menghina atau merendahkan, tetapi lebih kepada kita sebagai manusia memang harus selalu bersyukur.

Teman kami yang anaknya dikubur adalah termasuk keluarga yang agak susah memiliki anak, sehingga saat ini ketika anaknya meninggal otomatis mereka akan sangat merasakan kekosongan yang amat sangat karena tidak ada lagi kesibukan rutin mengurus anak. Untuk ini pun kami sangat merasakan duka yang teramat dalam dan berdoa agar mereka selalu tabah dan segera diberikan pengganti anak lagi.

Teman kami yang lain, sepertinya kisah rumah tangganya kurang berjalan mulus dengan suaminya dan tidak mempunya anak, sehingga dia kembali tinggal di rumah orang tuanya. Walaupun kehidupan keuangan dan karirnya sangat bagus, kami yakin pastilah hidupnya belum terasa kumplit.

Teman kami yang satunya lagi bahkan punya pacar saja tidak *_* jadi masih tinggal sama orang tua juga. Padahal dia masih masuk dalam kategori golongan wanita manis dan cantik. Ayo ayo, siapa yang mau jadi suami teman saya yang satu ini, dijamin orangnya lucu dan bisa bikin tertawa kokkk heee

Teman kami yang satu lagi, hidupnya bergelimang harta dan memiliki yayasan sekolah, tetapi juga belum dikaruniai anak, sehingga harus mengadopsi anak orang lain.

Teman kami yang lain, kehidupan keluarganya sama seperti kami. Punya anak 2 orang lengkap dengan bapaknya. Tetapi belum seberuntung kami yang bisa dengan mudah pergi kemana-mana sendiri di siang hari tanpa ribet & ribut :-D. Yang satu harus bekerja di kantor karena sepertinya dia adalah tulang punggung keluarga, sementara perusahaan tempat dia bekerja juga termasuk instansi tidak mengizinkan karyawannya keluar kantor dengan alasan ngga penting. Yang satunya tidak bisa meninggalkan tugasnya juga sebagai 'ojek' anaknya.

Wallahu Alam. Sekali lagi, saya menuliskan kisah ini semata-mata hanya sebagai pengingat saya bahwa saya harus banyak bersyukur. Walaupun saya tidak hidup berlebihan, tetapi saya juga tidak hidup kekurangan. Saya masih bisa bermanfaat untuk orang lain (bisa menjadi wasilah rejeki asisten2 saya dirumah), dan saya juga masih bisa menulis ini a.k.a saya mempunyai sedikit ilmu kekinian. Saya mempunyai anak dan suami yang sehat lahir batin, dan itulah harta duniawi saya yang terbesar.

Semuanya itu: teman-teman se-gank, kisah pertemanan yang masih bisa kami ingat, keluarga, asisten, dan lain-lain sejalan dengan pemahaman saya bahwa betapa kuasanya Sang Pencipta. Dan betapa semua kejadian sudah diatur oleh Dia, untuk selalu mengingatkan kembali tentang kuasanya Dia.

Seperti yang selalu saya camkan dalam hati, bahwa di jaman sekarang sudah tidak ada lagi mukjizat seperti sering diceritakan dari kisah Nabi ataupun dongeng anak2, tetapi mukjizat selalu terjadi setiap hari di kehidupan kita jika kita bisa mencari dan memahaminya.

Amin yaa robbil alamin.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar