Selasa, 09 Agustus 2016

Kasus Telaga Cikeas & Villa Imelda

Sudah sering rasanya kami berencana mengadakan acara keluarga dengan cara menyewa villa, tetapi baru kali ini terjadi kasus yang takkan terlupakan. Dalam tradisi keluarga, biasanya saya dan suami yang bertugas mencari/mensurvey villa yang nantinya akan kami tempati untuk acara. Hal ini disebabkan karena memang lokasi tempat acara menginap yang dicari harus tidak terlalu jauh dari Jakarta karena kebanyakan keluarga kerabat kami tinggal di Jabodetabek. Kebetulan memang keluarga kami tinggal di Bogor, dan pilihan tempat paling strategis adalah disekitar area Bogor yang sejuk.

Tahun 2016 ini, awalnya kami memutuskan untuk ambil kamar di Telaga Cikeas yang berlokasi di Sentul. Lokasi yang strategis karena ada ditengah-tengah dan tidak semacet ke arah Puncak, villa nya pun terlihat cantik dan sesuai dengan kebutuhan keluarga kami yang berjumlah sekitar 45 orang. Survey kamar oke, kami langsung booking 2 kamar utama yang besar dengan membayar DP yang telah disepakati.

Tetapi ternyata acara kami tahun ini harus mengalami kendala. Kasus pertama terjadi. 2 minggu sebelum hari H pihak Telaga Cikeas memberi kabar bahwa telah terjadi double book pada kamar utama yang telah kami bayar DP-nya. Mereka meminta kami untuk memilih kamar lain yang lebih kecil dan letaknya lebih jauh dari fasilitas bermain anak-anak seperti kolam renang dan taman bunga. Mereka juga menawarkan reward free breakfast untuk kesalahan ini. Tetapi karena pilihan kamar lain yang mereka tawarkan tersebut kurang menarik hati, kami memutuskan untuk membatalkan pesanan kami disana. Kesal dan sebal sekali kepada pihak Telaga Cikeas yang telah sewenang-wenang melakukan hal ini dan membuat kami harus kerja ekstra lagi mencari villa lain karena jadwal acara yang sudah tidak bisa diundur.

Kami pun dengan terpaksa harus menjalankan survey lagi untuk mendapatkan tempat. Survey yang dilakukan dengan terburu-buru dan mepet waktunya menghasilkan keputusan untuk memilih Villa Imelda di daerah Pasir Angin - Gn.Geulis. Daerah ini juga masih cukup strategis karena masih bisa dicapai melalui Sentul jika area Gadog-Puncak macet. Sebelum sampai ke villa ini kami sudah mendatangi beberapa villa bahkan sampai ke wilayah Ciampea, tetapi tidak nemu yang sreg juga.

Pada saat sampai di Villa Imelda, hari sudah sangat malam (karena memang bisa surveynya seusai jam kerja), kami langsung bertemu dengan pemiliknya yaitu Pak Haji Nur. Beliau memberikan kami brosur berisi spesifikasi villanya, antara lain: terdiri dari 16 kamar yang harus disewa semua, makan harus dari villa, dan ada fasilitas kolam renang serta ruang karaoke yang ciamik. Harga sewa villa 4,5 juta uang makan 100rb per kepala untuk 3x makan & 1x snack. Untuk DP tertulis di brosur harus membayar minimal 3 juta dan pelunasan uang sewa juga harus 3 hari sebelum hari H.

Nah disinilah kasus kedua terjadi.

Pada saat itu tim survey hanya membawa uang cash sebesar 500rb, sehingga Pak Haji bilang harus segera digenapkan 3 juta sesuai tulisan di brosurnya. Karena banyak kejadian jika DP kurang dari 3 juta, pihak penyewa seenaknya saja membatalkan pesanan kamar yang berakibat kerugian di pihak pemilik villa. OK, tidak masalah.

Besok harinya kami pun mentransfer lagi 2,5 juta untuk menggenapi DP sehingga Pak Haji nya tenang. Pembicaraan pun berlanjut via SMS untuk menentukan menu makanan yang akan kami pilih untuk makan disana nantinya.

Menu sudah dipilih, dan kami bermaksud untuk membawa juga beberapa makanan serta minuman sendiri untuk melengkapi kebutuhan acara kami. Kami meminta pemilik villa untuk menyediakan dispenser air panas, tetapi menurut beliau tidak ada. Beliau bertanya untuk apa, kami jawab untuk bikin makanan atau minuman hangat. Beliau menyarankan untuk membeli saja kepada petugas di villa, baik mie instan atau kopi. Saya bilang kalau makanan anak atau bayi kan ngga bisa beli? Akhirnya beliau menyanggupi untuk menyediakan air di termos.

Menurut saya ini ngga lazim. Ada penginapan yang mewajibkan kita makan beli dari dia, dan benar-benar tidak membolehkan kita memasak sendiri makanan/minuman tambahan supaya beli dari dia juga? Okelah, pemberian fasilitas termos air panas akhirnya disepakati. Pembicaraan beralih ke pelunasan.

Pemilik mewajibkan kami melunasi pelunasan villa+uang makan 3 hari sebelum hari H, padahal uang DP sudah masuk sebesar 3 juta. Saya berargumen via SMS, bahwa bahkan di hotel bintang sekalipun, untuk pelunasan bisa dibayar pada saat kita check-in. Tetapi dari percakapan ini, pemilik langsung marah dan berkata yang tidak enak. Saya ngga ikut survey lah, sudah ada tulisan di brosur lah, dlsb.

Oke ngga apa-apa jugalah, pelunasan pun kami langsung transfer siang itu juga, sebesar 5 juta lagi. Saya tulis SMS ke pemilik memohon supaya service villa memuaskan, eehh beliau malah balas ngga enak lagi. Balasannya "ibu datang aja lagi kesini supaya masalah beres".

Loh, kewajiban kami sebagai pihak penyewa sudah selesai kan, tinggal kami meminta hak kami. DP 3 juta sudah dibayar, pelunasan juga sudah dibayar H-3. Kenapa juga malah kami harus mengunjungi beliau lagi supaya masalah beres? Kami minta air panas untuk bikin minuman hangat awalnya juga ngga boleh krn harus beli disana juga. Aneh kan?

Untuk membesarkan hati tanpa memperuncing masalah, kami berfikir, memang kalau mau komplain sebenarnya bukan ke Villa Imelda ini, tapi ke Telaga Cikeas yang membuat kami mau ngga mau, jadi terpaksa pindah ke Imelda. Hiks...

Akhirnya tiba juga hari H. Sambutan pemilik juga terlihat dipaksakan. Sepertinya Pak Haji memang tipe orang yang tidak mau kalah, bahkan oleh customer nya sendiri. Service memuaskan yang kami harapkan pun tidak diberikan olehnya.

Kolam renang tidak dibersihkan sebelumnya, sehingga airnya kotor ketika kami datang. Sirkulasi kolam pun baru dijalankan keesokan harinya, itupun setelah berkali-kali kami meminta. Yang parahnya, di kolam renangnya banyak sekali pecahan keramik, yang menyebabkan anak-anak kami terluka dan berdarah. Tetapi berhubung memang anak-anak kecil umumnya tidak ambil pusing, luka pun mereka tetap mau 'nyemplung' lagi, karena suasana kebersamaan yang membahagiakan mereka. Tidak ada anak yang tidak terluka masuk dikolam itu.

Ruang karaoke juga belum diaktifkan sampai sore, padahal kami sudah minta untuk langsung dinyalakan pada saat check in jam 1 siang. Dan ternyata menyanyipun dibatasi hanya sampai jam 12 malam. Pak Hajinya berkali-kali memberi alarm kepada kami bolak-balik untuk bersiap-siap menghentikan kegiatan menyanyi dari jam 10 nya.

Makanan tiba tidak sesuai dengan jadwal yang kami minta, dan menunya terkesan diganti seenak mereka. Untunglah masakannya tidak mengecewakan dan untung juga kami membawa serta banyak makanan tambahan sendiri untuk mengganjal sebelum masakan mereka datang. Sehingga dalam hal makanan ini, saya juga menuliskan komplain nya di tempat terakhir saja.

Demikian kasus acara keluarga kami yang terjadi tahun ini akibat Telaga Cikeas dan Villa Imelda. Mungkin perhatian untuk kami agar lain kali lebih jauh-jauh hari mencari tempat acara dan juga lebih cerewet mengenai kepastiannya, supaya tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh pemilik tempat.

Dan untuk para pemilik penginapan, kalian tuh jualan bukan hanya mengharapkan materi semata dong. Tetapi harapkanlah ridho Allah dan kepuasan customer. Saya juga pedagang, sehingga saya tau rasanya berada di pihak pedagang. Semoga kedepannya kita sama-sama memperbaiki diri. Amin.




1 komentar:

  1. "Tidak ada agama yang lebih baik daripada kemanusiaan" seharusnya "Menjalankan Perintah Alloh SWT itu lah yang terpenting", karena di dlm ajaran agama mencakup seluruh aspek dlm hidup, klo ada orang islam krng baik akhlaknya, bkn salah islam tp salah orangnya krna tdk menjalankan perintah Alloh SWT dgn benar

    BalasHapus