Minggu, 11 September 2016

Cinta dan Ikhlas

Cinta adalah insting primitif semua mahluk di muka bumi ini. Rasa itu otomatis hadir saat mahluk muncul di muka bumi, sampai dia menutup mata terakhir. Cinta hadir didalam hati ada ataupun tiadanya akal/kepintaran si mahluk. Tetapi cara mengekspresikan cinta lah yang berbeda diantara mahluk tersebut. Ekspresi cinta harus dipelajari oleh si pemberi cinta. Demikian juga harus difahami oleh si penerima cinta. Ekspresi cinta membutuhkan akal sehat dan hati nurani.

Sulthan & Mimi di Desa Bangodua, Indramayu, Jawa Barat
Idul Adha, 11 September 2016


Selalu ngga pernah kuat melihat acara penyembelihan hewan kurban. Entah karena masalah gender atau karena emang takut kekerasan fisik. Sulthan, anak laki-lakiku, yang belakangan ini jadi senang menonton film2 tentara penuh kesadisan seperti Fury, G30-S-PKI dll, selalu tidak mau ketinggalan setiap kali ada acara pemotongan ini di perumahan kami.

Semoga cinta dan ikhlas yang ditunjukkan si hewan kurban bisa menjadi pelajaran untuk kami, mahluk yang berderajat lebih tinggi daripada dia, untuk senantiasa tunduk dan patuh kepada takdir yang telah disuratkan oleh Nya.

Setiap lebaran kurban, saya belajar untuk mengorbankan apa yang kita cintai. Meskipun kehidupan sulit, tetapi menyisihkan sebagian rejeki untuk membeli hewan kurban tahun depan adalah bentuk pengorbanan tak berarti kami. Pengorbanan yang kami harapkan menjadi wasilah untuk belajar mengekspresikan cinta kami kepada Nya. Belajar mengikhlaskan apa yang ada pada kami, padahal itu semua bukanlah milik kami.

Ikhlas adalah wujud sebuah keyakinan mutlak pada Sang Maha Mutlak. Ikhlas itu adalah "engkau sanggu berlari melawan dan mengejar, namun engkau memilih patuh dan tunduk. Ikhlas adalah sebuah kekuatan menundukkan diri sendiri dan semua yang engkau cintai. Ikhlas tak pernah berhitung. Ikhlas adalah ikhlas. Titik.  Nadirsyah Hosen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar