Tag #SaveAleppo marak beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Hanya Om Telolet Om yang bisa mengalahkan rating tag tersebut, setalah tag Aleppo bertahan bertahun-tahun. Buat saya itu lucu buanget heheheheheheh...
Maaf, bukan bermaksud menertawakan penduduk Aleppo-Suriah yang tengah terkena musibah, tetapi hanya semata menertawakan masalah tag nya.
Waktu pertama kali ramai2 orang pasang DP gambar anak kecil berdarah-darah di profilenya, baik BBM, FB, WA dll, saya langsung mengkerut. Segitunya-kah kejahatan hari ini masih berbentuk darah??? Apakah orang jahat di jaman ini masih berniat utk menujukkan kejahatannya dengan sevulgar itu? Ngga mungkin jadi penjahat yang bodoh kalau mau bertahan lama hidup di zaman digital ini. Saya fikir, pasti ada sesuatu dibalik ini.
Jujur, saya langsung teringat buku2 novel konspirasi yang banyak saya baca waktu kecil. Terlebih, saya melihat teman-teman yang pasang gambar2 tsb dan sering sharing artikel ttg perang tsb adalah orang2 yang saya anggap rasis. Orang-orang yg selalu mengatasnamakan agamanya didepan kemanusiaan. Yang berfikir bahwa agama mereka harus dibela, sementara manusia lain yang berbeda keyakinan dengan mereka adalah salah tujuan hidup. Yang mereka samber adalah konteks Aleppo adalah kota muslim yang harus diselamatkan, bukan Aleppo sebagai kota tempat dimana ada manusia yang harus diselamatkan, tidak perduli apapun agamanya. Bodoh itu sederhana...
Dala bahasa sederhana, yang tersebar selama ini adalah perang rezim yang membunuhi muslim dan penduduk kota Aleppo. Padahal ternyata yang sebenarnya adalah perang melawan teroris bayaran dengan penduduk kota Aleppo sebagai tawanannya. Kebencian mengalir dari seluruh negara muslim, apalagi Indonesia, untuk pemerintah yang sah negara Suriah. Sementara dana bantuan mengalir tidak terlalu jelas, bahkan banyak yang mengatakan bahwa dana tsb berhenti hanya di tangan pengumpul dana saja. Berita yang lebih ekstrim menyebutkan bahwa dana tsb malah mengalir ke kantung para teroris.
Tahun berlalu, hingga perang di Aleppo awet berlangsung selama 4 tahun. Akhirnya pertengahan Desember ini, Aleppo telah dinyatakan bebas dari terorisme. Perang yang terjadi sekian lama, banyak memakan korban, baik korban yang berdarah-darah disana, maupun korban perasaan di seluruh jagat raya. Perasaan dan fikiran membenci sesuatu yang tidak nyata, sehingga menyebabkan pertikaian kasat mata juga diantara sesama manusia. Teman berhenti berteman, adik berantem dengan kakak. Ibu dibentak anaknya. Hanya karena beda pemahaman dalam hal melihat suatu judul berita atau melihat tag. Kacau ya...
Jadi tolong ya, mulai sekarang, lebih bijaklah melihat suatu tag.
Kenyataannya #savealeppo itu sama konyolnya dengan #omteloletom
Sama-sama harus dipelajari lebih jauh agar tidak terseret arus kebodohan.
Kalau terseret arus kelucuan sih ngga papa. Karena lucu hanyalah milik kaum manusia. Kelucuan adalah fitrah untuk manusia. Tapi kebodohan harus selalu siap diberantas.
Fikirkanlah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar